Rabu, 23 Maret 2011

Paradoks Teknologi

Bagaimana mungkin seseorang memperoleh gelar kesarjanaan sementara ia masih belum diizinkan menempuh pendidikan dasar. Jawabannya, mungkin, sama dengan jawaban atas pertanyaan tentang kemungkinan penemuan alat bersifat modern pada zaman purba, paradoks teknologi. Paradoks teknologi ini menimbulkan banyak spekulasi, yang paling lazim terdengar adalah spekulasi mengenai campur tangan alien.

Isu demikian bersanding sebagai topik yang gencar di perbincangkan sebagai misteri bersama dengan misteri akhir peradaban manusia, yang entah mengapa, kembali mencuat waktu tulisan ini dibuat. 

Unik untuk menghubungkan keduanya. Namun, kelihatannya keduanya memiliki kaitan yang erat. Paradoks teknologi, pumapunku, serta reaktor nuklir di Gabon, Afrika, adakah seseorang yang bisa menjelaskan mengenai hal ini tanpa memberikan penjelasan spekulatif? Belum ada. Begitu pula hal yang akan dipaparkan pada tulisan ini.

Satu-satunya hal yang akan menjadikan paradoks teknologi ini menjadi masuk akal adalah paradoks lainnya. Paradoks waktu. Pertama kali, mungkin, diperkenalkan oleh Albert Einstein, another Jews, dengan teorinya yang terkenal. Paradoks waktu, melalui alat yang bisa kita sebut sebagai mesin waktu, berperan serta menciptakan paradoks teknologi ini.

Reaktor nuklir, di lain sisi. Adalah teknologi yang sudah mulai diberdayagunakan, sering sekali sebagai alternatif, ketika tulisan ini dibuat. Dan dengan segala konsekuensinya, bayangkan saja bahaya dari radiasi nuklir, teknologi ini berkembang di era penyempitan lahan kosong dan harus dibangun dekat dengan pemukiman manusia.

Meminimalisir resiko yang demikian besar bagi pemukiman kehidupan, sama halnya seperti paradoks. Akan tetapi, bagaimana jika teknologi lainnya justru memungkinkan hal itu terjadi? Mesin waktu, paradoks lainnya, adalah teknologi--yang anda tidak akan berpikir dua kali untuk menggunakannya mengingat ancaman yang senantiasa ditebar oleh teknologi nuklir kepada kehidupan manusia--yang telah ada dan bisa meminimalisir resiko nuklir.

Dibutuhkan zaman yang sangat jauh dari beradaban manusia, maupun zaman yang dapat mempengaruhi cikal bakal manusia--lalu, siapa yang dapat menyangkal bila angka yang diperoleh adalah 1,8 milyar,--ketika dua teknologi ini disepakati untuk bersatu. Sehingga paradoks teknologi dijawab melalui paradoks waktu.

Konklusinya, akhir peradaban manusia--sayangnya tidak ada istilah yang lebih halus--masih belum tiba sebelum paradoks waktu--yang secara spekulatif bisa disebut sebagai hal yang akan mengawali zaman paradoks-- diciptakan.

Konklusi lainnya--terlalu dini dan menakutkan untuk dipaparkan--adalah ketika pemakaian rektor nuklir bertujuan untuk hal yang wajib diatributkan sebagai TOP SECRET, sehingga paradoks waktu adalah hal yang beratribut sama, akhir peradaban manusia tidak bisa diperkirakan seperti cara sebelumnya, melainkan hal--cenderung menebar ketakutan--yang lainnya. Berpikirlah bijaksana, karena dunia sekarang, sadar atau pura-pura tidak sadar ataupun memilih untuk tidak memusingkannya, sedang bersiap untuk tujuan itu.Prove that I'm wrong.